Sebagai kawasan yang pernah menjadi pusat perdagangan di kota Semarang pada abad 18, Kota Lama agaknya terlupakan oleh masyarakat. Bangunan-bangunan kuno yang memiliki nilai sejarah tinggi tidak dirawat semestinya, sementara rob selalu saja menjadi problem utama di kawasan Kota Lama.
Problem banjir dan rob memang sudah bertahun-tahun menjadi masalah yang menimpa masyarakat pantai di Kota Semarang. Hal ini disebabkan adanya penurunan permukaan tanah dan menaiknya permukaan air laut pada wilayah Kota Semarang bagian bawah, khususnya daerah pantai. Konsep penanganan banjir dan rob di kota Semarang menggunakan sistem pompanisasi dan polder. Polder memang berfungsi, akan tetapi tidak maksimal sehingga rob tetap menggenangi jalan sekitar kawasan Kota Lama. Di tempat ini ada sekitar lima puluh bangunan kuno yang masih berdiri kokoh dan mempunyai sejarah kolonialisme Semarang. Seharusnya daerah bersejarah yang memiliki banyak bangunan kuno memiliki potensi untuk dikembangkan di bidang kebudayaan ekonomi dan wilayah konservasi.
Memang saat ini telah ada beberapa bangunan yang difungsikan sebagai kantor, rumah makan, dan lain sebagainya. Akan tetapi masih banyak sekali bangunan yang tidak terawat dan terbengkalai. Selain itu di beberapa gang sempit di kawasan kota Lama justru dihuni oleh para gepeng (gelandangan dan pengemis). Walaupun sedikit pesimis dengan apa yang terjadi berikutnya, namun ternyata Kawasan Kota Lama telah menarik perhatian masyarakat dengan sisa-sisa bangunan kokoh yang berdiri tegak. Terbukti dengan seringnya beberapa bangunan di Kawasan Kota Lama menjadi objek foto prawedding. Atau beberapa di antaranya hanya untuk hobi fotografi semata.
Kawasan Kota Lama merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari dua abad, sehingga akan sayang sekali apabila kawasan Kota Lama kehilangan kebanggaannya. Sebagai sebuah kawasan Little Netherland yang dulunya menjadi ikon kota Semarang, pusat perdagangan kota Semarang, tampaknya perlu kerja keras dari pemerintah dan masyarakat sekitar tentunya.
Ghela Rakhma Islamey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar